Rabu, 13 Januari 2016

Kepalsuan Injil Turki

Banyak yang telah dilakukan setelah penemuan sebuah Alkitab di Turki yang diakui ditulis dalam bahasa Aramaik, 1.500 tahun yang lalu. Media Muslim, juga jaringan media Barat, segera menerkam berita ini, mengklaim bahwa Alkitab ini berisi ayat-ayat yang berkaitan dengan Yesus Kristus, yang di dalamnya Kristus memprediksikan kedatangan Muhammad. Belum ada jaringan media yang mempublikasikan faksimili dari ayat-ayat ini.

‘Alkitab’ ini ditulis diatas kulit dengan huruf berwarna emas. Gambar di halaman depan menunjukkan tulisan dalam bahasa Aramaik dan gambar sebuah salib.

Bagi mereka yang berbahasa ibu Assyria moderen (atau di kenal juga sebagai neo-Aramaik), dan juga bila bahasa Assyria anda biasa-biasa saja, tulisan tersebut mudah dibaca. Tulisan yang terdapat di bagian bawah, yang terlihat dengan jelas dalam foto yang dipublikasikan, mengatakan demikian:

Transliterasi: b-shimmit maran paish kteewa aha ktawa al idateh d-rabbaneh d-dera illaya b-ninweh b’sheeta d-alpa w-khamshamma d-maran

Terjemahan: Di dalam nama Tuhan kita, buku ini ditulis dengan tangan oleh para biarawan dari biara di Niniveh, dalam tahun ke 1.500 dari Tuhan kita.

Niniveh adalah ibukota dari Assyria kuno dan terletak di utara Irak hari ini, dekat Mosul.

Terdapat kesalahan pengejaan yang dapat terlihat secara langsung.

Kata pertama, b’shimmit maran (“di dalam nama Tuhan kita”), dieja secara salah dengan menggunakan huruf ‘t’ dan bukan ‘d’. Huruf ‘d’ di dalam Assyria adalah kata kepunyaan, dan ia menjadi kata awalan dari kata yang mengikutinya. Seharusnya dibaca b-shimma d-maran, not b-shimmit maran (perhatikan, kata terakhir dari kalimat dieja dengan benar d-maran (“dari Tuhan kita”)).

Kata pertama juga mengandung kesalahan pengejaan yang lain. Ejaan yang benar untuk “nama” dalam Assyria adalah ashma, dengan huruf ‘a’ di awal tidak diucapkan. Oleh sebab itu, bila dieja dengan benar, ‘di dalam nama Tuhan kita’ seharusnya di tulis b-ashma d-maran.

Kata idateh juga salah pengejaan, seharusnya diakhiri dengan huruf ‘a’, idata. Juga frase al idateh (“dalam tangan-tangan”) adalah tidak tepat, seharusnya dibaca b-idata (“oleh tangan-tangan”).

Bagian bawa kalimat menggunakan kata ktawa (“buku”) untuk merujuk kepada buku, tetapi di dalam Alktiab Assyria tidak pernah merujuk kepada dirinya sebagai sebuah “buku.” Seseorang akan menyebutnya awreta (Perjanjian Lama), khdatta (Perjanjian Baru), atau ktawa qaddessha (buku suci). Karena hal ini, dan tidak ada orang yang pernah melihat isi di dalam “Alkitab” ini, kita tidak dapat memastikan bila ini adalah benar sebuah Alkitab.

Yang lebih signifikan lagi, tulisan ini adalah dalam Assyria moderen, yang distandarisasi di tahun 1840an. Alkitab pertama dalam bahasa Assyria modern diproduksi pada tahun 1848. Jika buku ini ditulis pada tahun 1500 M, seharusnya tertulis dalam bahasa Assyria klasik.

Sangatlah tidak mungkin bagi para biarawan untuk membuat kesalahan yang mendasar ini. Sepertinya buku ini adalah sebuah karya pemalsuan, atau bahkan bisa dipertanyakan buku apa ini.

Tulisan di bagian bawah dari buku juga mengatakan buku tertulis di tahun 1.500M. Jika buku tersebut tidak berisi ayat-ayat yang meramalkan kedatangan Muhammad, itu juga bukan suatu pencapaian yang hebat untuk memprediksikan sesuatu yang terjadi 870 tahun setelah kenyataannya, karena Muhammad menemukan Islam di tahun 630M.

Jaringan media, baik Muslim dan Kristen, memberikan tajuk kepada cerita tersebut dengan kepala berita “Alkitab berusia 1500 tahun meramalkan kedatangan Muhammad” — tanpa bukti yang mendukungnya.

Bagi Muslim, implikasi dari kepala berita sangat didambakan, yaitu Yesus Kristus adalah seorang nabi, seperti halnya Muhammad, dan bukan Putra Elohim. Menurut Al Bawaba, menteri kebudayaan dan turisme Turki, Ertugrul Gunay mengatakan, “sejalan dengan kepercayaan Islam, Injil [Alkitab ini] memperlakukan Yesus sebagai manusia biasa dan bukan Tuhan. Ia menolak ide Trinitas yang kudus dan penyaliban dan menyatakan Yesus memprediksikan kedatangan dari nabi Muhammad.”

Artikel yang sama diakhiri dengan “Berdasarkan banyak studi, injil yang kaitkan dengan Santo Barnabas ditulis oleh seorang Eropa keturunan Yahudi di jama pertengahan yang cukup akrab dengan Quran dan juga Injil. Dia, lalu, mencampurkan kenyataan dari sini dan sana dan tujuannya tetap tidak jelas.”

Namun meskipun informasi tentang “Alkitab” ini tidak tersedia, banyak jaringan media, Muslim, organisasi liberal dan sekuler telah memproyeksikan penemuan ini sebagai sesuatu yang merusak ke-Kristenan, mengacuhkan BANYAKNYA KESALAHAN di dalam buku ini dan mempresentasikannya sebagai fakta yang sesungguhnya. Pada kenyataannya, di dalam semangat mereka untuk mendukung cerita anti-keKristenan, mereka telah menyembunyikan dan memendam informasi yang mempertanyakan keotentikan buku ini. Bagi banyak organisasi dan individu, ini adalah alat lain di dalam persenjataan mereka untuk menyerang dasar dari doktrin keKristenan, sebagaimana ditulis oleh salah seorang pengunjung situs, Carol Stanek, “Ini adalah sebuah buku yang tidak ternilai yang berusia 1500 tahun dan seseorang memasangkan penjepit kertas? Sungguhan?”

Sumber

http://sharingkalimatallah.com/2016/01/06/alkitab-berusia-1-500-tahun-dan-propaganda-muslim/

Senin, 16 November 2015

Percakapan Malam Dengan Malaikat Pelindung I

Malaikat Pelindung:
Sahabatku, TUHAN itu MahaPerkasa, MahaKuat, MahaMenang... tetapi apa kamu sadar bahwa TUHAN adalah Dia Yang Paling Banyak Mengalah? Ia bahkan mau dilahirkan dalam sebuah kandang domba dan palungan adalah singgasanaNya. Ia memiliki cinta yang begitu besar... Dan Ia ingin agar manusia berkeyakinan bahwa Ia sangat mencintai manusia, hingga Ia yang sebenarnya bisa dengan mudah melupakan dosa manusia, memilih jalan yang keras. Ia rela diremukkan dan dilukai bahkan sampai mati di kayu salib. Sebuah hukuman paling kejam dan dianggap terkutuk. Namun Ia rela mati sebagai korban Anak Domba Paskah yang tak bercela dan sempurna. Ia menjadikan diriNya remuk hanya untuk menyembuhkan jiwa kita. Dengan begini, maukah kamu mengalah kepada semua orang? Memaafkan mereka yang bersalah padamu dan melupakan kesalahannya, melayani sesama, mencintai Tuhan lebih dari apapun juga, merawat mereka yang sakit, mau mengalah pada orang yang menyela pembicaraanmu, mengejek kamu, dan lain sebagainya?

Aku:
Aku akan berusaha, malaikatku... Tapi itu masih terlalu berat bagiku. Doakan aku...

Malaikat Pelindung:
Sahabatku, jangan mudah meng-iya kan nasehatku. Aku bersamamu sejak engkau lahir, bermain, dan apa pun aku selalu melihatmu, mendengarmu, dan mencatat segala perbuatanmu dan tidak pernah lupa akan itu. Laksanakanlah segala nasehatku dengan sukacita surgawi dan engkau akan memperoleh rahmat kekudusan.

Aku:
Tetapi terkadang nasehatmu itu membuatku lelah. Aku malas menjemur pakaian, aku terlalu malas mencuci piring, belajar, bahkan berdoa.

Malaikat Pelindung:
Nah, sayangku... justru doa lah yang memberi semangat jiwamu untuk melakukan itu. Jangan bayangkan doa adalah keharusan. Doa adalah percakapan yang indah dengan Tuhan. Apabila kamu ingin berdoa seakrab mungkin, kamu bisa berdoa di depan kanak-kanak Yesus. Bayangkan bahwa Ia adalah teman seusiamu, atau bayangkan seolah-olah dia adik kecil manismu. Kamu pasti akan menyukainya. Jika kamu ingin lebih mencintai Tuhan, kamu perlu membaca buku iman dan riwayat orang-orang kudus. Banyak anak kecil yang lebih kecil darimu bisa menjadi kudus. Mengapa kamu tidak? Mereka bisa menjadi malaikat kecil ALLAH. Kamu juga pasti bisa! Bukankah kamu tidak ada bedanya dengan mereka? Mengapa kamu tidak mau? Itu berat? Ya, itu memang berat. Tetapi mereka, para kudus kecil itu, bisa dan bersedia. Itu akan menjadi beban yang manis bila dilakukan dengan cinta.

Aku:
Baik malaikatku. Aku akan berdoa malam ini untuk kekudusanku.

Malaikat Pelindung:
Bagus, selamat berdoa sayangku... dan aku juga akan berdoa untukmu...

-Michel-
(Dari berbagai sumber dan perubahan seperlunya)

Sabtu, 07 November 2015

Kristen Ortodoks Suriah, Kristen yang Meniru Islam? Ngawurrr!

Baru-baru ini saya mulai suka mempelajari Kristen selain Katolik, yaitu Ortodoks, ya… meski cuma sebagian “kulit ari”-nya saja alias cuma sedikit yang sekarang saya tahu. Nah, kembali ke jalan yang benar, saya menemukan banyak sekali blog atau forum-forum yang mengatakan bahwa akhir-akhir ini ada agama baru… yaitu Kristen Ortodoks Suriah yang membawa ummat Muslim menuju pemurtadan dengan cara menyamar seperti orang Muslim. Ke mana-mana menggu-nakan seragam seperti umat Muslim. Berkopyah dan berpeci, berjilbab, Kitab Suci Alkitab mereka berbahasa Arab, dan cara peribadatan mereka seperti di Masjid ketika ummat Islam shalat berjamaah. Mereka pun juga memiliki shalat sendiri dan hati-hatilah terhadap mereka, yang….
Ah udah ah.. capek saya ngelanjutin.
Soal pemurtadan, saya yakin, umat Kristen Ortodoks tersebut tidak memiliki maksud lebih dari mewartakan Injil belaka. Karena tugas mereka bukanlah mengKristenkan orang, tetapi mewartakan Injil. Soal orang mau jadi Kristen itu bukan urusan mereka, itu urusan Roh Kudus yang menerangi pikiran orang tersebut. Nah, mung bejane (Jawa: (beruntungnya) – maksudnya, kebetulan saja) mereka, yaitu Kristen Ortodoks Suriah memiliki budaya yang masih berbau Timur Tengah, sehingga mudah diterima orang Indonesia. Pusat mereka ada di Yerusalem (Patriarkhat Yerusalem). Mereka mengadakan misa dengan bahasa Arab (sebenarnya misa mereka memakai bahasa Arami (Syriac)). Alkitab mereka sebagian besar menggunakan tulisan abjad Suryani, sebagian Arab, disebut Pesshita. COBA PERHATIKAN ALKITAB YANG DITULIS DI BAWAH INI. INI BUKAN ABJAD ARAB TETAPI ABJAD SURYANI. SUDAH JELAS KELIHATAN BEDA DENGAN BAHASA ARAB…


Dan peribadatan mereka (misa) seperti ini.







Ini adalah ketika imam melakukan konsekrasi (mengubah substansi dari roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus)

Komuni: Tubuh Kristus, Amin.

Ini adalah perarakan Imam masuk ke dalam gereja dengan para diakon dan misdinar. Saat imam mengayunkan kemenyan, umat membuat Tanda Salib.



Ini adalah ibadat harian (shalat) mereka.

Dan juga pembacaan Pesshita berjemaat.


Dan juga interior gereja, tampak panti imam (ruang bersemayam Sakramen Mahakudus) ditutupi dengan tirai.


Dan… inilah mereka Sang Para Imam!


Perlu diketahui vroh… Para imam tidak diwajibkan menjalani hidup selibat. Tetapi seorang imam yang tidak selibat harus menikah sebelum tahbisan jatuh padanya. Misalnya menikah sebelum masuk seminari, atau menikah beberapa hari sebelum tahbisan. Seandainya setelah menjadi pastor istri mereka meninggal, mereka tidak boleh menikah lagi. Dalam Gereja Katolik, selibat adalah janji bukan kaul (untuk Romo Diosesan) sehingga beberapa waktu yang lalu ada seorang mantar Pastor Anglikan yang ingin menjadi Pastor Katolik diberi pengecualian karena ia sudah memiliki istri. Pengecualian itu hanya bagi dia, para calon pastor ex-Anglikan yang lain harus menjalani hidup selibat. Dan di gereja Katolik Timur (gereja yang mulanya Ortodoks lalu memisahkan diri dan bergabung dengan persekutuan Gereja Katolik Roma, Paus sebagai pemimpinnya, serta memiliki ajaran iman dan presepsi yang sama dengan gereja Katolik, sehingga kita boleh menghadiri Perayaan Ekaristi di gereja Timur ini dan menerima komuninya – karena sama-sama Katolik), para Pastor juga tidak diwajibkan selibat, meskipun Katolik, tetapi masih menggunakan tradisi dan ritus masing-masing. Tetapi, para Uskup selalu dipilih dari kalangan selibater.
Jadi, bagi Gereja Ortodoks atau Katolik Timur, selibat adalah Sunnah, bukan Wajib. Sunnah artinya bila tidak dilakukan ya tidak apa-apa, bila dilakukan ya akan lebih baik lagi.
Dan soal shalatnya, saya memiliki video untuk anda...


Dan ini khotbahnya seperti ini. Suaranya seperti khatib yang khotbah waktu Jum’atan.

Lalu ini lagu pujiannya seperti ini.

Video lain: Ini buat referensi anda…

Untuk pembahasan lebih mendalam tentang Ortodoks Suriah dan ortodoks yang lain kita bahas lain waktu…
Saya sudah bilang kalau saya baru mengetahui soal Ortodoks Suriah sebatas kulit ari saja. Jadi kalau ada kawan yang tahu atau bahkan anda adalah Ortodoks Suriah sendiri, anda bisa beri saya kritik dan saran di kolom komentar. Terima kasih mau mebaca blog saya…

Jumat, 06 November 2015

Mengenal Empat Penulis Injil

 

Injil” adalah kata Arab dari bahasa Yunani “Evangelion”, yang berarti “kabar baik (mengenai keselamatan)”. Injil pada awalnya adalah ajaran lisan yang dibawa oleh Yesus (dalam bahasa Ibrani dan Aram disebut “Yeshuah”, artinya Tuhan (Yahweh) menyelamatkan, dan akhirnya disebut “Isa” dalam bahasa Arab), yang juga disebut Kristus atau Mesias (dalam bahasa Ibrani disebut “Mesyiakh”, artinya Sang Penyelamat, dan disebut “Al-Masih” dalam bahasa Arab). Ajaran lisan ini pun kemudian disyiarkan setelah kenaikan Yesus ke Surga, oleh para murid-Nya atau para rasul (dalam bahasa Yunani disebut apostolos. Sehingga kitab-kitab penjabaran dari Injil yang ditulis oleh para rasul disebut “Epistola”.

Melihat semakin banyaknya orang yang ingin menjadi pengikut Kristus, bahkan tidak hanya kalangan Bani Israel saja melainkan sudah termasuk orang Yunani, Ethiopia, dll. maka para murid pun menuliskan pesan-pesan lisan Yesus yang ditujukan bagi mereka. Injil-injil yang diakui gereja ialah:

Injil Matius: Injil ini ditulis dalam bahasa Arami, tetapi karya asli bahasa Aram sudah tidak ada, melainkan hanya ada terjemahan bahasa Yunaninya saja, yang dahulu kala ditemukan. Maka Alkitab yang kita gunakan sekarang hanyalah hasil terjemahan Indonesia dari terjemahan bahasa Yunani dari Injil Matius yang berbahasa Aram.

· Injil Markus: Ditulis bagi orang Kristen di Roma. Maka dalam Injil ini sedikit sekali keterangan tentang adat-istiadat orang Yahudi maupun keterangan-keterangan dari Perjanjian Lama (Taurat), yang tentunya sangat terdengar asing bagi orang-orang Roma.

· Injil Lukas: Injil ini ditulis bagi orang-orang Kristen bukan bangsa Yahudi, dan secara khusus dipersembahkan kepada seseorang bernama Teofilus, orang Kristen bukan bangsa Yahudi yang terkemuka. Sehingga dalam Injil Lukas kita akan temukan kata-kata “Teofilus yang mulia, ...” Melihat gaya tulisan Injil Lukas, tentu ia adalah orang berpendidikan sastra yang mumpuni.

Injil Yohanes: Injil ini ditulis oleh Rasul Yohanes, putra Zebedeus dan saudara Yakobus. Injil ini semakin meyakinkan karena adanya temuan beberapa ayat dari Injil ini di selembar papirus sekitar tahun 130 Masehi di Mesir, di mana menunjukkan bahwa Injil itu sudah dikenal di Mesir pada abad ke-2.

Sebenarnya sudah ada banyak sekali Injil ditulis pada zaman dahulu. Tetapi hanya ada 4 Injil yang diakui dan diresmikan gereja melalui Paus Santo Damasus I (paus ke-37). Injil-injil yang diragukan kebenarannya itu disebut “apokrifa”. Injil-injil apokrifa di antaranya adalah:

· Injil Thomas

· Injil Maria Magdalena

· Injil Masa Kecil Yesus menurut Thomas

· Injil Masa Kecil Yesus menurut Yakobus

· Injil Petrus

· Injil Bartolomeus

· Injil Nikodemus

· Injil Nazorean

· Injil kaum Ebionit

· Injil Filipus

· Injil Ibrani

· Injil Andreas

· Injil Apelles

· Injil Barnabas

· Injil Basilides

· Injil Bardesanes

· Injil Eva

· Injil Fayum

· Injil Yakobus Kecil

· Injil Yudas Iskariot

· Injil Marcion

· Injil Mani

· Injil Maria

· Injil Matias

· Injil Thadeus

· Injil Titan

· Injil Pseudo-Matius

· Injil Rahasia Markus

· Injil Valentinus

· Injil Scythianus

· Injil Hesychius

· Injil Encratites

· Injil Cerinthus

· Injil Dua Belas

· Injil Empat Wilayah Surgawi

· Injil Hidup

· Injil Kesempurnaan

· Injil Kebenaran

· Injil orang-orang Mesir

Tentang Injil-injil di atas akan kita bahas lain waktu.

Injil di atas ditentang karena isinya bertolak belakang dengan iman Jemaat Perdana atau karena isinya dianggap meragukan.

Sekarang, mari kita menilik keempat orang kudus penulis Injil.

Santo Matius – Penulis Injil Matius

Ia adalah satu dari dua belas murid Yesus. Pada awalnya para murid menolak dia ketika Yesus mengundangnya sebagai pengikut-Nya, karena pekerjaannya adalah pemungut cukai bagi pemerintah Romawi, yang menjajah Israel pada masa itu.

Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius dan mengikuti Dia.

(Matius 9:9)

Setelah kenaikan Yesus, Matius pergi mewartakan Injil ke daerah Palestina atau daerah Siria. Tidak diketahui dengan pasti ke mana Matius pergi setelah itu.

Injilnya dilambangkan sebagai seorang manusia.

Santo Markus – Penulis Injil Markus

Markus adalah salah dari ketujuh puluh murid-murid Yesus. Dia mungkin dibaptis oleh Petrus, murid Yesus dan Paus pertama. Kemudian Markus mengikuti Barnabas ke pulau Siprus. Lalu sekitar tahun 62-67 M, Markus kembali bekerja dengan Paulus.

Akhirnya ia pergi ke Alexandria (Iskandariah), Mesir dan menjadi uskup di sana. Seperti Santo Petrus yang adalah uskup Roma, yang tahtanya dilanjutkan oleh paus-paus Gereja Katolik, maka Santo Markus menjadi uskup Alexandria dan tahtanya dilanjutkan oleh paus-paus Kristen Orthodoks Koptik di Mesir. Santo Markus mati sebagai martir dengan cara tubuhnya diikatkan pada kuda dan kuda itu dipacu, sehingga tubuhnya terseret-seret.

Injil Markus dikenal sebagai Injil yang terpendek.

Injilnya dilambangkan sebagai seekor singa, karena diawali dengan kisah Yohanes Pembaptis yang mengumumkan pertobatan, laksana singa yang mengaum-aum di padang gurun.

Santo Lukas – Penulis Injil Lukas

Lukas adalah satu-satunya penginjil yang bukan orang keturunan Yahudi, melainkan Yunani. Ia adalah seorang tabib yang lahir di Antiokhia. Lukas menjadi teman Paulus dalam misi perjalanan kedua dan ketiga. Lukas juga ikut dengan Paulus dalam penjara di Kaisarea dan Roma. Riwayat hidup Lukas kemudian tidak diketahui. Ia meninggal dunia karena usia lanjut di daerah Akhaya, Yunani. Tahun 357, jenazahnya dipindahkan ke kota Konstantinopolis (Turki). Dalam Injil, dapat disimpulkan bahwa Lukas adalah seorang yang berpendidikan sastra yang bagus. Tertulis dari bagaimana ia menuliskan kata pengantarnya dengan halus.

1Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, 2seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. 3Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya secara teratur bagimu,. 4supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.

(Lukas 1:1-4)

Dan tentunya sebagai tabib, ia pun mempunyai minat yang sungguh-sungguh dalam mukjizat penyembuhan oleh Yesus.

 

Ketiga Injil di atas disebut Injil Sinoptik (artinya sekilas pandang) karena bila dijajarkan akan tampak bahwa mereka mirip dalam isi maupun pengurutan peristiwa-peristiwa kehidupan Yesus. Sementara Injil Yohanes, banyak peristiwa yang tidak ditemukan dalam Injil lain. Dalam injil Sinoptik disebutkan bahwa Yesus menyucikan Bait Allah ketika datang ke Yerusalem pada Minggu Palma. Tetapi dalam Injil Yohanes diceritakan, bahwa Yesus melakukannya dua kali, yaitu setelah meninggalkan Kapernaum, kemudian pada hari Minggu Palma, setelah dielu-elukan sebagai Putra Daud dan Mesias. Dan juga cerita tentang dibangkitkannya Lazarus, yang hanya ada di Injil Yohanes.

 

Santo Yohanes Rasul – Penulis Injil Yohanes

Yohanes adalah salah satu dari 12 murid Yesus. Anak dari Zebedeus dan saudara dari Yakobus tua. Ayah Yohanes sepertinya cukup berada, karena ia memiliki upahan yang bekerja untuknya. Ibu Yohanes adalah Salome. Yohanes sebelumnya sudah menjadi pengikut Yohanes Pembaptis.

Yohanes dikenal sebagai murid Yesus yang paling muda dan yang paling dikasihi Yesus. Yohanes selalu diajak bersama 2 orang murid lainnya, yaitu Petrus dan Yakobus oleh Yesus untuk menemani-Nya berdoa. Ia pun menemani Maria ketika berada di kaki salib Yesus.

Setelah kenaikan Yesus, Yohanes dan Petrus menyembuhkan seorang lumpuh di Bait Allah, sehingga orang Yahudi yang berdoa di sana mendekati mereka karena takjub, maka Yohanes dan Petrus lalu mangajarkan Injil kepada orang banyak. Lalu Yohanes pergi mewartakan Injil di Efesus, dan karena perbuatannya itu, ia dihukum dengan berbagai hukuman, tetapi tidak mati-mati. Maka ia pun dibuang ke pulau Patmos. Di sanalah ia menerima kitab Wahyu. Selesai pembuangan, ia pergi ke Edessa, Turki dan menjadi uskup di sana sampai akhir hayatnya.

(Michel)